|
DEBRIDEMENT LUKA BAKAR
|
1. TUJUAN
|
|
1.1. Tujuan
pembelajaran umum
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan
mengerti tentang anatomi dari kulit, menegakkan
diagnosis dan pengelolaan luka bakar, work-up penderita luka bakar dan
menentukan tindakan operatif yang sesuai beserta dengan perawatan pasca
operasinya
|
|
1.2. Tujuan pembelajaran khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta
didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Mampu menjelaskan
anatomi kulit ( tingkat kompetensi K3,A3 ) /
ak.2,3,6,7
2. Mampu menjelaskan etiologi
dan patofisiologi luka bakar ( tingkat kompetensi K3,A3 ) / ak.2,3,6,7
3. Mampu menjelaskan
gambaran klinis dan terapi luka bakar ( tingkat kompetensi K3,A3) / ak2,3,6,7
4. Mampu menjelaskan pemeriksaan
penunjang diagnosis seperti darah lengkap, elektrolit, tes faal ginjal,
sedimen urin, kultur urin dan tes kepekaan antibiotika, foto polos toraks ( tingkat kompetensi K3,A3 ) / ak 2,3,6,7,12
5. Mampu menjelaskan
penanganan komplikasi operasi debridement luka bakar ( tingkat kompetensi
K3,A3 ) / ak 2,3,4,5,6,7,8,10,12
6. Mampu melakukan work-up
penderita luka bakar yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang ( tingkat kompetensi K3,P5,A3 ) / ak 1-12
7. Mampu melakukan tindakan
debridement dan perawatan luka bakar (
tingkat kompetensi K3,P5,A3 ) / ak 1-12
8. Mampu merawat penderita
luka bakar pra operatif ( memberi
penjelasan kepada penderita dan keluarga, informed consent ), dan pasca
operasi serta mampu mengatasi komplikasi yang terjadi ( tingkat kompetensi
K3,P5,A3 ) / ak 1-12
|
|
2. POKOK
BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
|
|
3. WAKTU
|
|
METODE
|
A. Proses pembelajaran dilaksanakan melalui metode:
1)
small group discussion
2) peer
assisted learning (PAL)
3)
bedside teaching
4)
task-based medical education
B. Peserta didik paling tidak sudah harus mempelajari:
1) bahan acuan (references)
2) ilmu dasar yang berkaitan dengan topik pembelajaran
3) ilmu klinis dasar
C. Penuntun belajar (learning guide) terlampir
D. Tempat belajar (training
setting): bangsal bedah, kamar operasi, bangsal perawatan pasca operasi.
|
4. MEDIA
|
1. Workshop / Pelatihan
2. Belajar mandiri
3. Kuliah
4. Group diskusi
5. Visite, bed site teaching
6. Bimbingan Operasi dan
asistensi
7. Kasus morbiditas dan
mortalitas
8. Continuing Profesional
Development
|
5. Alat bantu pembelajaran
Internet,
telekonferens, dll.
|
|
6. EVALUASI
1.
Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk MCQ,
essay dan oral sesuai dengan tingkat
masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang dimiliki peserta didik
dan untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas:
·
Anatomi Kulit
·
Mekanisme Penyembuhan luka
·
Penegakan Diagnosis
·
Terapi ( tehnik operasi )
·
Komplikasi dan penanganannya
·
Follow up
2.
Selanjutnya dilakukan “small group discussion” bersama
dengan fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas
isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan
diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian.
3.
Setelah mempelajari penuntun belajar ini, peserta didik
diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun
belajar dalam bentuk role-play
dengan teman-temannya (peer assisted
learning) atau kepada SP (standardized
patient). Pada saat tersebut, yang bersangkutan tidak diperkenankan
membawa penuntun belajar, penuntun belajar dipegang oleh teman-temannya untuk
melakukan evaluasi (peer assisted
evaluation). Setelah dianggap memadai, melalui metoda bedside teaching di bawah pengawasan
fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar kepada nodel anatomik
dan setelah kompetensi tercapai peserta didik akan diberikan kesempatan untuk
melakukannya pada pasien sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator
melakukan pengawasan langsung (direct
observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai berikut:
-
Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar
atau sebagian langkah tidak dilaksanakan
-
Cukup: pelaksanaan sudah benar
tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terlalu lama atau kurang memberi
kenyamanan kepada pasien
-
Baik: pelaksanaan benar dan
baik (efisien)
4.
Setelah selesai bedside
teaching, dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan penjelasan dari
berbagai hal yang tidak memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan memberi
masukan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
5. Self assessment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan penuntun belajar
6. Pendidik/fasilitas:
-
Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form/ daftar tilik (terlampir)
-
Penjelasan
lisan dari peserta didik/ diskusi
-
Kriteria
penilaian keseluruhan: cakap/ tidak cakap/ lalai.
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan
bila diperlukan diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical education)
8. Pencapaian pembelajaran:
-
OSCA (K.P.A)
-
Ujian Operasi pada pasien
|
|
7.
REFERENSI
1. Moenadjat Y.
Luka dan Penatalaksanaannya.
Dalam Moenadjat Y. Luka
Bakar. Balai Penerbit FKUI, edisi
kedua, 2001, 110-129.
2.
Klasen HJ. Early Excision and Grafting. In Settle JAD. Principle and Practice of Burns
Management. Churchill, Livingstone, 1st
ed, 1996; 275-87.
3.
|
8. URAIAN :DEBRIDEMENT LUKA
BAKAR
8.1 Introduksi :
a. Definisi
Suatu tindakan eksisi pada luka bakar yang bertujuan
untuk membuang jaringan nekrosis maupun debris yang menghalangi proses penyembuhan luka
dan potensial terjadi/berkembangnya infeksi; sehingga merupakan tindakan
pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan maupun sepsis. Tindakan ini dilakukan seawal mungkin, dan dapat
dilakukan tindakan ulangan sesuai kebutuhan.1
b.Ruang Lingkup
Luka bakar
c. Indikasi Operasi
Debridement luka bakar
diindikasikan pada luka bakar yang dalam misalnya luka bakar deep-dermal dan subdermal. Luka bakar yang dalam ini ditandai dengna permukaan
yang keputihan, merah, kecoklatan, kuning atau bahkan kehitaman dan tidak
adanya capillary refill ataupun
sensibilitas kulit.2
d. Kontraindikasi Operasi
- Kondisi fisik yang tidak memungkinkan
- Gangguan pada proses pembekuan darah
- Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup
permukaan terbuka (raw surface) yang
timbul.1
e. Diagnosis banding
(tidak ada)
f. Pemeriksaan Penunjang
- Foto dada
- Laboratorium: darah lengkap, tes fungsi
ginjal, tes fungsi hati, analisa gas darah (untuk penderita luka bakar dengan
kecurigaan trauma inhalasi), serum elektrolit, serum albumin.
Setelah memahami, menguasai dan
mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang dokter ahli bedah mempunyai
kompetensi melakukan debridement dan perawatan luka bakar serta penerapannya
dapat dikerjakan di RS Pendidikan dan RS jaringan pendidikan.
8.2. Kompetensi
terkait dengan modul/ List of skill
Tahapan
Bedah Dasar (Semester I-III)
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed consent
Pengelolaan luka bakar, asisten operasi
Follow up dan rehabilitasi
Tahapan Bedah Lanjut
(Semester IV-VII) dan Chief Redsiden (Semester VIII-IX)
Persiapan Pra
Operasi:
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Informed consent
Melakukan Operasi atau pengelolaan
penderita secara mandiri
Penanganan komplikasi
Follow up dan
rehabilitasi
8.3. Algoritma Dan Prosedur
Algoritma (tidak ada)
8.4. Tehnik Operasi debridement
1. Informed consent
2. Posisi terlentang dalam pembiusan
3. Cuci luka dengan Normal Saline (PZ)
sambil dilakukan nekrotomi & bullektomi hingga bersih (debridement)
4. Bilas dengan savlon, kemudian bilas
kembali dengan PZ
5. Keringkan dengan kasa steril
6. Beri betadine (kecuali daerah
wajah), ditutup tulle dan diatasnya diberi
Silver Sulfadiazin (SSD)/ Dermazin/ Burnazin
7. Bebat tebal diseluruh area luka
bakar
8.5. Komplikasi
Operasi
·
Pembentukan kista.
Hal ini dapat disebabkan oleh
sumbatan dari duktus atau kelenjar adneksa.
Kista sebaseus ini dapat muncul sekitar 4 minggu
postoperasi dan dapat tumbuh hingga diameternya 20mm. Biasanya kista ini dapat pecah sendiri, namun
pada kasus yang cukup berat akan membutuhkan tindakan bedah.
· Stepping pada tepi graft,
pada pertemuan graft dan kulit normal.
Kedalaman dari step bervariasi, tergantung dari variasi kedalaman
eksisi. Bila perlu dapat dikoreksi
dengan eksisi ulang.
· Titik-titik kehitaman
pada kulit. Hal in terjadi akibat sekresei
cairan terus menerus yang dapat diatasi dengan dibersihkan secara
hati-hati.
· Epithelial bridging.
Hal ini terjadi akibat tertahannya folikel rambut.2
· Perdarahan. Perdarahan dapat dicegah dengan menggunakan
torniket dan melakukan elevasi ekstremitas bersangkutan.
· Infeksi 1
8.6.
Mortalitas
Tergantung luas dan derajat luka bakar. Makin luas makin tinggi
mortalitasnya.
8.7. Perawatan
pasca prosedur debridement
Balutan awal harus dipertahankan
selama 3-7 hari, kecuali timbul rasa sakit, berbau, basah dan komplikasi lain
yang dapat muncul. Ketika melepaskan
balutan, perlengketan diatasi dengan normal saline untuk mengurangi
perlengketan. Apabila terdapat hematoma
atau seroma pada saat ganti balutan, atasi dengan membuat insisi kecil pada
daerah yang paling menonjol dan keluarkan isinya.1
8.8. Follow-up
Bila proses eksudasi tidak
berlebihan, biasanya penilaian hasil, sekaligus penggantian balutan dapat
dikerjakan dalam waktu 5-7 hari pasca bedah.
Sebaliknya, dengan eksudasi yang berlebihan; terlihat sebagai balutan
yang jenuh, dalam 24-48 jam pertama pasca bedah dapat dilakukan pergantian
balutan.3
8.9. Kata
Kunci : Debridement, eksisi dini, eksisi tangensial
9. Daftar Cek Penuntun belajar Prosedur Operasi
No
|
Kegiatan
/ langkah klinik
|
Sudah dikerjakan
|
Belum dikerjakan
|
|
PERSIAPAN PRE OPERASI
|
|
|
|
Informed Consent
|
|
|
|
Laboratorium
|
|
|
|
Pemeriksaan Tambahan
|
|
|
|
Antibiotik Profilaksi
|
|
|
|
Cairan dan darah
|
|
|
|
ANESTESI
|
|
|
|
Narkose dengan
endotracheal
|
|
|
|
PERSIAPAN
LOKAL DAERAH OPERASI
|
|
|
|
Penderita
diatur dalam posisi sesuai daerah operasi
|
|
|
|
Lakukan
desinfeksi dan asepsi
|
|
|
|
TINDAKAN
OPERASI
|
|
|
1
|
Pendekatan dalam melakukan eksisi, nekrotomi
(debridement) pada luka bakar
|
|
|
2
|
Dilakukan pada jaringan kulit dan dibawah kulit
yang mengalami nekrosis atau sangat kotor
|
|
|
3
|
Apabila letaknya superfisial, dilakukan
bulektomi dan pencucian luka
|
|
|
4
|
Eksisi dilakukan hingga permukaan pink dari
dermis terlihat dengan bintik-bintik perdarahan yang multipel.
|
|
|
5
|
Eksisi tangensial adalah suatu teknik melakukan
eksisi jaringan (yang kontak dengan suhu tinggi), lapis demi lapis, sampai
dijumpai permukaan yang berdarah (daerah yang vital).
|
|
|
6
|
Eksisi tangensial dapat dilakukan hingga dermis
atau bahkan lebih dalam hingga ke lemak.
|
|
|
7
|
Permukaan dari kulit yang dieksisi akan mengalami
perdarahan.
Perdarahan
dari pembuluh darah kebanyakan berhenti dalam 5-7 menit. Oleh karena itu
lebih baik menunggu agar perdarahan dapat berhenti spontan dari pada
menggunakan elektrokoagulasi.2
|
|
|
8
|
Permukaan jaringan pasca eksisi dapat ditutup
dengan skin graft atau bahan yang lain
|
|
|
9
|
Perawatan pasca bedah
|
|
|
P
|
Catatan: Sudah / Belum dikerjakan beri
tanda
10. DAFTAR TILIK
Berikan tanda ü dalam kotak yang
tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan memuaskan, dan
berikan tanda û bila tidak dikerjakan
dengan memuaskan serta T/D bila tidak dilakukan pengamatan
|
||
ü
|
Memuaskan
|
Langkah/
tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun
|
û
|
Tidak
memuaskan
|
Tidak
mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur standar atau
penuntun
|
T/D
|
Tidak diamati
|
Langkah,
tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama penilaian
oleh pelatih
|
Nama peserta didik
|
Tanggal
|
Nama pasien
|
No Rekam Medis
|
DAFTAR
TILIK DEBRIDEMENT LUKA BAKAR
|
||||||
No
|
Kegiatan
/ langkah klinik
|
Kesempatan
ke
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Peserta dinyatakan :
¨ Layak
¨ Tidak layak
melakukan prosedur
|
Tanda tangan pelatih
|